Post Page Advertisement [Top]

Dalam rangka menyempurnakan akhlak, tehnik yang dilakukan oleh Rasulullah adalah dengan memberikan contoh bukan memerintah. Beliau menerapkan akhlakul karimah terlebih dahulu pada dirinya sehingga orang-orang disekelilingnya mau mengikutinya.


Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam pernah bersabda:

إنما بعثت لاتم مكارم الأخلاق

“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak” (H.R. Baihaqi dan Hakim)

Apa yang disabdakannya telah dipraktekkan terlebih dahulu sehingga menjadi suri tauladan yang baik bagi umatnya sebagaimana firman Allah SWT:

Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah (QS. Al-Ahzab: 21)

Namun berbeda dengan kondisi saat ini, dapat kita lihat dari tayangan dan berita media elektronik yang menggambarkan betapa jauhnya akhlak umat islam zaman sekarang yang mengaku dirinya mencintai dan meneladani Muhammad sebagai nabi dan utusannya.

Maraknya geng motor, tawuran, pergaulan bebas, tindak kekerasan pada orang tua dan lain sebagainya menjadi sajian berita yang terjadi hampir setiap hari. Padahal tidak demikian adanya yang dicontohkan Rasulullah. Berikut adalah sebagian keindahan akhlak Nabi Muhammad:

Akhlak Muhammad Sebelum Diangkat Jadi Nabi

Akhlak beliau yang mulia semenjak jauh dari sebelum diangkat sebagai nabi dan rasul melahirkan kepercayaan tinggi dari kalangan masyarakatnya. Sehingga walaupun belum diangkat jadi nabi dan rasul, Muhammad telah menyandang gelar Al-Amin di belakang namanya.

Sungguh suatu gelar yang sangat berharga dibandingkan gelar-gelar kesarjanaan yang disandang manusia zaman sekarang. Gelar ini memang pantas disandangkan padanya karena pemuda Muhammad memiliki sifat jujur, amanah, cerdas, bertanggung jawab, serta mampu menjauhkan diri dari hal yang sia-sia.

Berbeda dengan kebanyakan pemuda Quraisy waktu itu yang lebih banyak menghabiskan waktunya untuk bermain dan minum arak. Sehingga adanya pemuda Muhammad di tengah-tengah masyarakat Quraisy kala itu laksana permata yang bersinar diantara kumpulan kerikil.

Kepercayaan masyarakat Quraisy terhadap sosok muda Muhammad tergambar pada peristiwa peletakan kembali Hajar Aswad. Ketika itu masing-masing ketua suku berseteru untuk mendapatkan kehormatan meletakkan batu tersebut di dinding Ka’bah. Mereka meminta bantuan pada pemuda Muhammad untuk memberikan keputusan yang adil akan hal itu.

Muhammad dengan bijak menggelarkan kain sorbannya kemudian meletakkan hajar aswad di tengah-tengah kain tersebut dan meminta masing-masing ketua suku memegang ujung kain dan mengangkat Hajar aswad secara bersama-sama. Setiap ketua suku pun puas dengan putusan ini.Sungguh keputusan yang cerdas yang memberikan solusi jitu.

Akhlak Rasulullah Dalam Keluarga

Rasulullah, walaupun sibuk dengan urusan umat tetap mau meluangkan waktunya untuk membantu pekerjaan rumah tangga

Ummul mu’minin Aisyah berkata:

كاَنَ يَكُوْنُ فِي مِهْنَةِ أَهْلِهِ – تَعْنِي خِدْمَةَ أَهْلِهِ – فَإِذَا حَضَرَتِ الصَّلاَةُ خَرَجَ إِلَى الصَّلاَةِ

“Beliau sering membantu istrinya. Bila datang waktu shalat beliau pun keluar untuk menunaikan shalat” (HR. Bukhari)

Sungguh berbeda dengan kepala keluarga zaman sekarang, yang jarang membantu pekerjaan istri. Seolah-olah istrinyalah yang harus menyiapkan segala sesuatu layaknya pembantu. Padahal Rasul sendiri yang diakuinya sebagai suri tauladan mencontohkan turun tangan dalam meringankan pekerjaan istri.

Sayyidah Aisyah berkata:

كَانَ بَشَرًا مِنَ الْبَشَرِ، يَفْلِي ثَوْبَهُ وَيَحْلُبُ شَاتَهُ وَيَخْدُمُ نَفْسَهُ

“Beliau manusia sebagaimana manusia yang lain. Beliau membersihkan pakaiannya, memerah susu kambingnya dan melayani dirinya sendiri” (HR Ahmad)

Namun gambaran sekarang jangankan membantu meringankan pekerjaan istri, para kepala keluarga tersebut bahkan sering melakukan tindakan kekerasan terhadap istri yang harusnya ia jaga dan kasihi. Tak jarang media massa memberitakan melayangnya nyawa seorang istri yang dibunuh oleh suaminya sendiri. Naudzubillahi min dzalik

Akhlak Nabi Terhadap Sesama

Mengenai contoh konkrit akhlak Rasul dalam memperlakukan sesama, tergambar pada perlakuannya terhadap Anas bin Malik yang merupakan pembantu Rasul dan berkhidmat selama kurang lebih 10 tahun pada Nabi. Anas sendiri menuturkan pengakuannya sebagai berikut:

“Aku berkhidmat (melayani keperluan) beliau ketika safar (bepergian) maupun tidak. Demi Allah, terhadap suatu pekerjaan yang terlanjur aku lakukan, tak pernah beliau berkata, ‘Kenapa engkau lakukan hal tersebut demikian?’ Sebaliknya, bila ada suatu pekerjaan yang belum aku lakukan, tak pernah beliau berkata, ‘Mengapa engkau tidak lakukan demikian?’.” (HR. Bukhari Muslim).

Terhadap orang yang berkhidmat kepada beliau pun sudah diperlakukan dengan sangat baik apalagi terhadap orang lain. Berbeda dengan gambaran para majikan terhadap pembantunya zaman sekarang. Pembantu dipandang seperti bukan manusia karena Ia merasa telah membeli seluruh kehidupan pembantu tersebut sehingga dirinya bisa memperlakukan pembantunya semena-mena.

Demikian gambaran singkat akhlak Rasulullah yang kalau ditulis secara panjang lebar dan dikaji dalam berbagai aspek kehidupan beliau, maka akan kering tinta ini sebelum selesai menuliskannya. Walaupun hanya gambaran singkat yang saya paparkan, Namun yang menjadi titik pokok utama adalah apakah manusia zaman sekarang mau kembali meneladani akhlak beliau dan menerapkannya dalam kehidupan pribadi? Wallahu a’lam.
Komentar Facebook :
Komentar dengan Akun Google :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bottom Ad [Post Page]